Selasa, 29 Oktober 2013

makalah urbanisasi pasca lebaran

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan kasih-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini penulis susun untuk tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar ( ISD ) yang akan diserahkan tanggal 29 Oktober 2013.
Makalah ini dapat kami kami susun berkat bantuan dan kerja sama yang baik antara berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kalau kami mengucapkan terima kasih kepada :
Yth. Bapak M. Burhan Amin, selaku dosen Ilmu Sosial Dasar ( ISD ) sekaligus pembimbing dalam penulisan makalah ini. Berkat petunjuk dan bimbingan beliau, segala kesulitan penulis dapat diatasi;
Yang tercinta Bapak, Ibu, serta Saudara penulis, atas segala dukungan moral maupun material;
Teman -  teman lain yang ikut berpartisipasi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun akan penulis terima dengan tangan terbuka.



Bekasi, 29 Oktober 2013




Penyusun

I
DAFTAR ISI


PERNYATAAN
Kata Pengantar.........................................................................                                  I
Daftar Isi..................................................................................                                   II
BAB I PENDAHULUAN                                                                                                                1.1 Latar Belakang...................................................................                          1
1.2 Tujuan................................................................................                                   2
1.3 Sasaran...............................................................................                                   3
BAB II PERMASALAHAN                                                                                                
2.1 Kekuatan (strength) ..........................................................                                   4
2.2 Kelemahan (weakness)......................................................                                   5
2.3 Peluang (opportunity)........................................................                                   6
2.4 Tantangan/hambatan (threats)............................................                                   7
Bab III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
3.1 Kesimpulan........................................................................                                   8
3.2 Rekomendasi......................................................................                                  9
REFERENSI














II


BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Urbanisasi
Semakin bertambahnya jumlah penduduk kota akibat urbanisasi mengakibatkan kepadatan jumlah penduduk kota – kota besar, khusunya di Ibu Kota Negara yaitu DKI Jakarta. Hal ini  yang menjadi latar belakang pada terjadinya Urbanisasi Pasca Lebaran dikarenakan adanya ajakan dari orang-orang yang merantau ke kota, khususnya kota Jakarta. Mereka berkata bahwa hidup di sana lebih enak daripada di desa, di kota mudah mendapatkan uang karena gajinya lebih besar dibanding di desa serta apapun ada di sana dan dekat lagi, tidak seperti di desa yang harus berjalan jauh baru bisa dapat bahan yang kita perlukan. Seperti bahan-bahan pokok misalnya, walaupun desa adalah daerah agraris, tetapi kebanyakan daerah yang menghasilkan bahan pokok hanya sebagian daerah saja. Tetapi iming – iming yang paling berpengaruh adalah nanti jika datang ke kota akan sukses, dikarenakan mudahnya mencari uang di kota di banding di desa. Padahal kebanyakan dari orang desa tersebut belum memiliki keahlian untuk berkerja di kota. Mereka umumnya datang hanya dengan modal nekat saja.
Namun lain halnya dengan pemerintahan DKI Jakarta telah melarang kepada warganya untuk membawa saudara ataupun para pelancong lainnya yang tidak memiliki keterampilan khusus untuk datang ke kota DKI Jakarta.
Menurut pengamatan penulis berdasarkan dari media masa maupun elektronik, kurangnya ketegasan para polisi dan aparat yang bertugas unuk mengawasi orang-orang tersebut dan melarang datangnya orang-orang tersebut, sehingga banyak orang-orang tersebut lolos dari jaringan yang kurang efektif dan tegas.



1


1.2  Tujuan

Tujuan yang terjadi dari peristiwa ini adalah ingin menjadi orang sukses agar memperoleh kehidupan yang enak di Ibukota, padahal kalau kita telusuri dengan cermat, banyak para pelancong dari desa menjadi tuna wisma dan hidup susah. Namun hanya beberapa orang saja yang punya keahlian dan tekat yang pantang menyerah yang sukses dan berhasil, kenyataannya kurang lebih 80%  dari para pelancong mengalami kehidupan yang lebih susah atau dibawah garis kelayakan hidup di perkotaan daripada di pedesaan.
Padahal jikalau kita merencanakan program-program yang berguna bagi desa, seperti program desa siaga, mungkin desa akan makmur dan tujuan dari orang-orang tersebut bisa terpenuhi secara batiniah dan lahiriah. Karena kurangnya Sumber Daya Manusia yang berguna di daerah pedesaan akibatnya masih banyaknya Sumber Daya Alam yang belum dimanfaatkan dan dikelola. Padahal jika Sumber Daya Alam  tersebut dapat dikelola dengan baik maka tingkat ekonomi di desa pun akan meningkat, sehingga terjadi pemerataan jumlah penduduk di desa maupun di kota yang memiliki kesesuaian.
Dan tujuan lainnya untuk menghimbau kepada para pelancong tersebut untuk tidak terlalu percaya perkataan orang-orang dan media elektronik maupun massa yang menyatakan bahwa hidup di perkotaan enak dan jangan mudah tertarik jika diajak orang terlebih saudara untuk bekerja disana, karena baik di kota maupun di desa mencari uang bukan hal yang mudah, masih banyaknya bukti-bukti bahwa perusahaan itu hanya mampu mengontrak dan lebih parahnya lagi gaji kita mungkin dibawam UMR ( Upah Minimum Regional ).








2

1.3 Sasaran
Hal yang menjadi sasaran para  biasanya orang-orang yang baru lulus dari sekolah, baik Sekolah Tingkat Lanjutan Tingkat (SLTP) maupun Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) seperti SMU dan SMK. Mereka diceritakan bahwa enak hidup di kota, padahal kenyataannya sangat pahit sekali.
Dan penulis membuat tulisan artikel (makalah) ini agar mastarakat desa sadar bahwa hidup di kota tidak semudah yang mereka pikirkan, bahkan jauh lebih parah daripada hidup di desa. Lewat penulisan makalah inilah penulis mengungkapkan apa saja yang terjadi berurbanisasi, apalagi pasca Lebaran di mana banyaknya orang yangingin mengadu nasib di Ibukota.












3
BAB II
PERMASALAHAN

Ada hal-hal yang menjadi permasalahan pada setiap peristiwa, dalam hal ini adalah peristiwa Urbanisasi. Kesempatan mudah mendapatkan  pekerjaan di perkotaan membuat banyak orang melakukan urbanisasi dari desa ke kota, sehingga dapat menjadi orang sukses ( kaya ).Dalam hal ini saya akan menjelaskan bagaimana dampaknya peristiwa Urbanisasi ini apa lagi pasca lebaran saat lalu dengan menggunakan metode SWOT (Stregth (Kekuataan), Weaknees (Kelemahan), Opportunity (Peluang), dan Threat (Tantangan).
















2.1 Kekuatannya (Stregth) Urbanisasi Pasca Lebaran

Banyak dari orang desa melihat bahwa hidup di kota atau daerah-daerah yang sudah maju istilahnya, itu mengasyikan dan juga enak, karena mereka melihat di media cetak maupun media elektronik bahwa hidup di kota itu bisa menjadi kaya dan sukses, hal ini tersebut dibuat oleh orang-orang tersebut untuk pergi ke kota, baik itu Jakarta, Bandung, maupun kota-kota besar lainnya, tetapi kebanyakan orang tertarik kepada Ibukota Negara Indonesia, Jakarta.
Hal ini pula juga berpengaruh kepada pendapatan daerah DKI Jakarta dari tahun ke tahun , dikarenakan banyak para pelancong ini yang sukses karena mereka memiliki keahlian dan juga kepintaran diatas rata-rata orang, apa lagi ketika arus balik mudik pasca lebaran, banyak orang-orang atau saudara untuk bekerja di kota karena mereka bercerita bahwa hidup di kota enak, mereka bisa mendapatkan barang-barang pokok itu sangatlah mudah, daripada di pedesaan, mencari barang-barang pokok saja sudah susah, harus menunggu panen, agar bisa membeli barang-barang tersebut denga murah, namun di kota sebaliknya seperti yang dikatakan tadi sangat mudah , hal itulah mereka mengajak para saudaranya yang baru lulus sekolah ataupun yang tidak punya pekerjaan diajak untuk bekerja ke kota, sehingga pada pasca lebaran tahun ini banyak sekali orang-orang yang membawa sanak keluarganya hanya untuk mencari uang di kota atau bekerja, baik itu sebagai buruh, pegawai kantor maupun salesman, bahkan kekuatan dari Urbanisasi inilah membuat banyaknya orang-orang beramai-ramai datang ke Jakarta, bahkan ketika orang-orang mudik ada juga yang berurbanisasi ke kota, menurut pengamatan penulis dari media masa maupun elektronik mereka kebanyakan menjadi peminta-minta, penukar uang kecil, ataupun lainnya yang dimana banyaknya daerah wisata seperti Ancol, atau Monas yang didatangi oleh orang-orang yang malas mudik, jadi istilah urbanisasi pasca lebaran itu terjadi baik sebelum lebaran maupun lebaran itu sudah lewat, karena banyaknya peluang untuk mencari keuntungan pasca lebaran berlangsung.


4

2.2 Kelemahannya (Weaknees) Urbanisasi Pasca Lebaran

Banyak kelemahan yang terdapat pada urbanisasi pasca lebaran, dari tahun ke tahun banyak dari para perantau tersebut yang mengalami depresi ketika pulang ke kampong halamannya (mudik) pada waktu lebaran, walaupun ada pula yang senang ketika mudik dengan tidak memperlihatkan wajah yang cemberut atau sedih, karena hari itu adalah hari lebaran, hari kegembiraan bagi umat Islam, sehingga mereka tampak senang, walau dihati mereka malas balik ke kota, mereka harus balik ke kota untuk mencari uang.
Hal ini saya perhatikan ketika menonton di televisi, banyak orang mudik setelah seminggu lebaran, tetapi banyak dari mereka yang kecewa karena tiket untuk mudik masih sama harganya pada waktu sebelum lebaran, terlaru berharap terlanjur kecewa, iulah pepatahnya. Seperti yang saya katakana di kekuatan urbanisasi pasca lebaran, banyak dari mereka yang tergiur dengan kehidupan kota yang mengasyikan, namun kenyataannya didaerah pinggiran perumahan yang biasanya menjadi tempat kontrakan para buruh pabrik dan juga mereka beanggapan bahwa hidup di kota bisa sukses, namun kenyataanya meralka dihadapkan dengan masalah yang lebih berat lagi dibandingkan masalah yang dihadapinya di desa, mereka harus bekerja pagi pulang sore (untuk buruh) dan jikalau terjadi kesalahan pada pekerjaan kita, kita harus menanggung semua biaya dari kesalahan tersebut dengan pemotongan gaji, hal ini disebabkan karena tidak adanya kesiapan dari mereka yang bekerja di Ibukota.
Banyak hal yang ada pada kelemahan urbanisasi pasca lebaran, mereka mengambil moment lebaran untuk bisa pegi ke Ibukota, sehingga Ibukota DKI Jakarta bertambah padat saja, padahal pabrik-pabrik industri adanya disekitar pinggiran kota, bukannya di Ibukota, mereka beanggapan di Ibukota banyak pabrik-pabrik, nyatanya hanya kantor-kantor redaksi yang menerima lulusan minimal S1 (Strata 1/ Sarjana 1), tetapi orang-orang desa hanya mungkin lulusan maksimal SMA, jadinya hanya bisa jadi buruh saja.
Dan juga urbanisasi pasca lebaran membuat para perantau tersebut mengalami kesusahan, yang tadinya dari kampung membawa uang, setelah di kota menjadi pemulung tidak ada uang atau pedagang asongan, sehingga mereka malu kalau pulang tidak bawa uang, mereka menetap di Ibukota jadi tuna wisma tidak berumah.

                                                                        5
                                                                        
2.3 Peluang (Opportunity) Urbanisasi Pasca Lebaran

Banyaknya peluang yang ada pada peristiwa urbanisasi pasca lebaran, diantaranya digunakannya moment sebelum lebaran oleh para pemalas untuk dating ke kota-kota besar sebagai peminta-minta, karena moment tersebut diadakan setahun sekali dan dimana jikalau jita bersedekah kepada orang miskin, akan mendapatkan pahal yang berlipat ganda.
Namun tidak hanya peluang para orang-orang malas yang menjadi pengemis, adapula orang yang datang ke kota-kota besar yang tujuannya adalah tempat wisata, seperti Ancol, Puncak, TMII dan lain-lain. Mereka berjualan didaerah tersebut demi mendapatkan untung yang berlipat dikarenakan banyak para pedagang didaerah yersebut yang mudik, sehingga para perantau tersebut memanfaatkan moment yang meguntungkan ini, tetapi hal ini menjadi masalah, banyak diantaranya pedagang baru ini tudak tahu tata tertib kebersihan, sehingga objek wisata tersebut mengalami kekotoran yang luar biasa.
Peluang yang terjadi pada urbanisasi ini Cuma berlangsung hanya beberapa hari saja, paling lama juga 2 minggu ketika pasca libur bersama mulai berakhir yang telah ditetapkan Pemerintah pusat ataupun daerah.Nah dalam waktu yang singkat itulah terjadi urbanisasi dengan skala bidang menengah, mungkin sekitar 25% dr jumlah seluruh warga Ibukota yang mudik, namun hal ini pula yang membuat jengkel para orang-orang di kota-kota yang tidak mudik, karena bedanya sifat-sifat orang-orang tersebut dengan orang-orang biasanya.
Menurut data yang saya lihat di internet, hamper sekitar Rp 150.000-Rp 300.000 perhari keuntungan yang didapat oleh para pengemis dan pedagang asongan tersebut, padahal jikalau dihari biasanya pengemis dan pedagang tersebut hanya mendapat untung sekitar Rp 5.000-Rp 30.000 saja perhari, sedangkan pada pasca lebaran naik menjadi sekitar 20 kali lipatnya, bukankah itu nilai yang cukup fantastis.







6

2.4  Tantangan (Threat) Urbanisasi Pasca Lebaran

Tantangan yang ada pada urbanisasi pasca lebaran yaitu tantangan yang diterima para perantau setelah usai lebaran, hal ini dikarenakan mulai aktifnya para pegawai baik pemerintahan maupun swasta.
Hal-hal yang menjadi tantangan bagi parra perantau adalah susahnya mencari uang di Ibukota, karena banyaknya para perusahaan yang tidak terlalu memerlukan para perantau tersebut, para perusahaan mengkontrak mereka dengan batas waktu yang ditetapkan, dan apalagi jika lebih parahnya lagi, para perantau tersebut harus membayar kerugian perusahaan dengan uangnya sendiri atau pemotongan gaji yang diterima seperti yang saya jelaskan di subbab kelemahan jika kita tidak giat bekerjanya dan melakukan kesalahan yang sangat fatal bagi pendapatan perusahaan tersebut.
Tantangan urbanisasi ke Ibukota cukup susah, karena selain pintar, mereka harus memiliki daya juang yang tinggi dan juga mereka harus rajin mempekerjakan semua pekerjaannya yang diperintahkan atasan dengan tidak boleh mengeluh jikalau mendapatkan pekerjaan yang berat. Itulah tantangan yang harus dimiliki para perantau tersebut, namun juga jangan keenakan bagi perusahaan memberi gaji pegawai atau buruh dengan memberi pekerjaan yang tidak sesuai dengan gajinya (pekerjaan yang berat), yakni dimana pegawainya digaji rendah dengan gaji dibawah UPM (Upah Pekerja Minimum), biasanya UPM didaerah DKI Jakarta seklitar Rp 1.250.000.
Bukannya para perantau yang mendapat tantangan, hal ini juga bisa ditujukan kepada Pemerintah daerah khususnya DKI Jakarta, karena pertambahan jumlah penduduk DKI Jakarta dari tahun ke tahun naik, apalagi banyak para perantau yang datang ke Jakarta ketika arus balik tiba, padahal Pemda Jakarta melarang orang-orang tersebut datang ke Jakarta, namun apa dikata 1 pegawai harus memperhatikan 1000 orang? Itu hal yang mustahil bukan!, apalgi dengan memeriksa KTP setiap orang yang datang ke Jakarta, wah itu sangat merepotkan sekali, oleh sebab itulah hal ini adalah tantangan bagi Pemda untuk menghimbau masyarakat pedesaan agar tidak datang ke Jakarta





7
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


3.1  Kesimpulan
Dari penjelasan yang saya nyatakan di bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa urbanisasi pasca lebaran tersebut memiliki kriteria yang berbeda-beda, hal tersebut yaitu :
A. Kekuatan
Kesimpulan pengamatan urbanisasi pasca lebaran berdasarkan kekuatannya diantaranya :
a)      Banyaknya informasi yang menyatakan bahwa hidup di kota-kota besar mengasyikan dan    menyenangkan.
b)      Jikalau bekerja di kota Kota besar, akan sukses.
c)      Banyaknya peluang kerja yang mungkin di dapat oleh para perantau tersebut dengan modal keberanian saja.
d)     Meningkatnya pendapatan APBD Pemda kota-kota besar, dikarenakan pembayaran pajak dan lain-lain.
e)      Mudahnya mendapatkan keuntungan besar jikalau bekerja di kota-kota besar.
B. Kelemahan
Kesimpulan berdasarkan  kelemahan urbanisasi pasca lebaran diantaranya :
a)      Tidak adanya lapangan kerja yang memadai, hal ini bertolak belakang dengan pemikiran para perantau tersebut.
b)      Susahnya mencari tempat tinggal yang nyaman dan murah, didaerah tersebut biasanya mencampai harga Rp 500.000/bulan untuk rumah seluas 2,5m x 4m.
c)      Banyaknya para perantau yang menjadi pengangguran di kota-kota besar.
d)      Repotnya datang ke kota-kota besar dengan naik kendaraan umum yang menjadi kendaraan khusus bagi para penumpang yang tidak terlalu memiliki banyak budget (uang) dalam perjalanannya.



8


C. Peluang
Hal-hal yang menjadi peluang pada urbanisasi pasca lebaran diantaranya yaitu:
a)      Banyaknya keuntungan yang didapat jikalau berdagang dan meminta-minta pada moment 3 hari sesudah dan sebelum lebaran.
b)      Banyaknya pekerjaan yang ada dalam kurun 2 minggu tersebut, karena banyaknya pegawai-pegawai swasta yang mudik, hal ini dimanfaatkan untuk mencari pekerjaan sementara (musiman).
c)      Kurangnya pengawasan terhadap daerah kota-kota besar, sehingga dimanfaatkan untuk menjadi pengemis di daerah umum.
D. Tantangan
Kesimpulan urbanisasi pasca lebaran berdasarkan tantangan diantaranya yaitu :
a)      Banyaknya persaingan untuk mencari pekerjaan di kota-kota besar.
b)      Harus adanya keahlian dan kreatifitas khusus yang harus dimiliki oleh para pekerja tersebut.
c)      Harus adanya persiapan jikalau mendapatkan pekerjaan yang berat.
d)     Harus adanya persiapan jikalau dikontrak kerja oleh perusahaan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
e)      Harus telitinya para Pemda disekitar kota-kota besar dengan mensiagakan datangnya para perantau tersebut ke kota-kota besar seperti DKI Jakarta.

3.2  Rekomendasi

a)      Banyaknya informasi bahwa tinggal dikota besar mengasyikan dan menyenangkan dengan banyaknya fasilitas yang memadai.
b)      Harus adanya kesadaran para perantau tersebut, karena sudah banyak buktinya bahwa hidup diperkotaan tidak semudah yang mereka pikirkan, mereka harus memiliki keatifitas yang tinggi.
c)      Kurangnya pengawasan di kota – kota besar membuat pengemis memanfaatkan untuk mengemis di daerah kota – kota besar untuk mendapatkan penghasilan yang lebih.
d)     Perlu adanya kebijakan pemerintah agar para perantau yang menjadi pengemis dan yang tidak sukses dipulangkan ke kampung halamannya

9
REFERENSI


-http://premasai.wordpress.com/2007/10/23/urbanisasi-pasca-lebaran
-http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/II/makalah-urbanisasi-pasca
lebaran/
-http://sibowo.com
- http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11/urbanisasi-pasca-lebaran-5/

bagan bab3 individu,keluarga dan masyarakat

Rabu, 23 Oktober 2013

Etika bersosial media

Kita memang sangat menyukai bersosial media oleh kerena itu kita juga harus memperhatikan bagaimana cara bersosial media dengan baik agar tidak terjadi apa yang tidak diinginkan.

Tips cara bersosial media :
1. Selalu menjaga perkataan dalam bersosial media agar tidak menyinggung perasaan orang lain.

2. Jangan memberikan info penting misalnya, keberadaan anda, sedang apa anda dan sebegainya.

3. Selalu menghormati karya orang lain. Jangan meniru tanpa sepengetahuan pemiliknya.

Itu tips dari saya semoga membantu.

Dingga sukma pratama
12113568
1ka28